lazada.com

HUKUM CICAK DAN TOKEK



Ada beberapa pendapat tentang hukum serangga, termasuk tokek dan cicak.

HUJAH 1 : Kebanyakan ulama’ menyatakan bahawa serangga adalah haram, ini kerana ia termasuk binatang yang menjijikkan. Pengharaman serangga adalah termasuk dalam keumuman ayat 157 Surah Al A’araf berikut:

“Dan ia menghalalkan yang baik dan mengharamkan atas mereka segala yang buruk (menjijikkan

Banyak ulama’ menyatakan bahawa standard barang yang menjijikkan ialah berdasarkan pendapat masyarakat umum, bila masyarakat umum menyatakan suatu hal itu menjijikkan maka itu haram, bila kebanyakan mereka menyatakan tidak menjijikkan maka itu halal. Dalam isu ini, semua orang menyifatkan cicak & tokek adalah jenis binatang yang menjijikkan.

Dengan demikian, cicak dan juga tokek tidak dapat dikategorikan sebagai hal yang baik (thayyibaat). Bahkan ia termasyk sebagai al-Khabaais.Bahkan Ibnu Hazem Al Andalusi menyatakan dlm (Al Muhalla 7/405) : “Cicak adalah salah satu binatang yang paling menjijikkan.”

As Syaukani menyatakan dalam (Nailul Authar 8/200) : “Cicak itu termasuk binatang melata yang mengganggu manusia, dan tokek adalah salah satu spesies darinya yang berbadan lebih besar.”

Kesimpulan awalnya, ulama’ telah menegaskan bahwa tokek adalah satu spesies & satu keluarga dengan cicak, dengan demikian hukumnya pun adalah sama.

HUJAH KE 2: Berkaitan dengan cicak dan tokek, Nabi SAW secara khusus telah memerintahkan kita untuk membunuhnya setiap kali kita melihatnya. Asas kepada hukum yang melibatkan binatang ialah :

Binatang yang diperintahkan untuk dibunuh tanpa melalui proses penyembelihan adalah haram dimakan, kerana seandainya haiwan-haiwan tersebut halal untuk dimakan maka tentunya Nabi SAW, tidak akan mengizinkan untuk membunuhnya kecuali setelah proses penyembelihan yang syar'i.

HUJAH KE 3 : Di dalam hadis yang lain dinyatakan pula membunuh cicak dengan pukulan yang pertama lebih banyak pahalanya berbanding pada pukulan kedua dan ketiga. Ini berdasarkan hadis di dalam Sahih Muslim ,Nabi S.A.W. bersabda:

“Barang siapa yang membunuh cicak dengan sekali pukulan, maka ia mendapatkan pahala seratus kebaikan, dan bila ia membunuhnya pada pukulan kedua, maka ia mendapatkan pahala kurang daripada itu, dan bila pada pukulan ketiga, maka ia mendapatkan pahala kurang daripada itu.” (Riwayat Muslim)

PERSOALANNYA sekarang , para pemburu & penggemar tokek pasti akan menyalahi 2 hujah kenabian ini. Apa tidaknya? Bukankah Nabi menyuruh kita membunuh tokek ini ? Tapi penggemar tokek sanggup untuk membina sangkar yang selesa demi memelihara tokeknya. Bahkan tokek ini akan dijamu makanan yang lazat & berzat demi membina tumbesarannya agar melebihi 300 gram ke atas. Hal ini tdk ubah bagai layanan terhadap seorang atlit bina badan pula. Sekali lagi manusia mencabar larangan kekasih Allah sebenarnya.

HUJAH KE 4 : Tokek termasuk kategori binatang yang jahat @ fuwaisiq. Imam Muslim meriwayatkan :

Diriwayatkan dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas RA, bahwa Nabi SAW, memerintahkan agar kita membunuh cicak, dan beliau menyebutnya sebagai fuwaisiq (binatang jahat). (Riwayat Muslim)

Para ulama’ diantaranya ialah Imam An Nawawi telah menjelaskan bahawa hikmah sebahagian binatang ini digelar dengan (fasiq atau fuwaisiq) adalah dikeranakan binatang-binatang tersebut menyalahi keumuman binatang melata lainnya, dalam hal kehalalan atau larangan membunuhnya. (Nailul Authar 5/80)

Oleh kerana itu para ulama’ menegaskan bahwa setiap binatang yang digelar sebagai binatang fasiq atau fawasiq atau fuwaisiq, Halal untuk di bunuh, baik di tanah halal atau tanah haram, baik ketika sedang berihram atau tidak.Pada beberapa riwayat lain, antaranya Ibnu Majah menjelaskan mengapa keluarga cicak digelar fuwaisiq :

“Dahulu cicak itu meniup-niup (api agar semakin marak membakar) nabi Ibrahim ‘alaihissalam.” (Riwayat Bukhari)

Bila penjelasan ini telah dapat diterima, maka dapat disimpulkan bahwa memperjual-belikan tokek, cicak dan yang serupa tidak dibenarkan ataupun haram. Yang demikian itu dikeranakan setiap yang haram.
“Sesungguhnya bila Allah telah mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, pasti Ia mengharamkan pula atas mereka hasil penjualannya.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan dinyatakan sebagai hadits shohih oleh Ibnu Hibban)

www.lazada.com