Banyak fenomena-fenomena merisaukan muncul ditengah-tengah kita. Misalnya, hati keras, mata "kering" tidak bisa menangis, badan labil, tidak ada perenungan ayat-ayat Alloh subhanahu wa ta'aladisebabkan gelombang materi (dunia) yang menyerbu hati kita dengan gencar. Walhasil, materi (dunia) ikut hadir bersama kita dalam sholat, saat kita membaca Al-Qur'an, ketika kita ziarah kubur dan mengunjungi rumah sakit. Tidak sedikit antara kita yang tidak banyak membaca Al-Qur'an. Kalaupun ia banyak membaca Al-Qur'an, hatinya tidak memahami apa yang ia baca. Qiyamul lail menjadi ibadah super berat bagi banyak jiwa sebagian orang. Kalupun ia mengerjakan qiyamul lail, ia mengerjakannya denngan buru-buru dan gerak cepat seperti ayam mematok makanan ditanah. Materi (dunia) itu kotoran yang merasuk kehati kita, dan hati tidak mungkin kembali ke kondisi ideal, kecuali dengan membersihkannya dari semua yang melekat padanya. Utsman bin Affan rodhiallohu anhu berkata: "Jika hati kalian bersih, kalian tidak merasa kenyang dengan firman Alloh subhanahu wa ta'ala." (Az-Zuhdu, Imam Ahmad: 128) Seseorang tidak hanya perlu membersihkan tubuhnya dengan air, namun juga harus membersihkan hatinya dari kotoran dunia, agar memperoleh kekhusyu'an, yang sekarang tiada lagi. Perbedaan antara khusyu' hakiki dengan khusyu' palsu. Menurut Ibnu Al-Qoyyim rohimahulloh, khusyu' yang benar ialah kekhusyu'an iman. Menurutnya kekhusyu'an iman ialah kekhusyu'an (ketundukan hati kepada Alloh subhanahu wa ta'ala, dengan cara mengagungkan-Nya, takut, dan malu kepada-Nya. Lalu hati pasrah kepada-Nya, dalam bentuk kepasrahan yang disertai perasaan takut, malu, mengakui nikmat-nikmat-Nya, dan kesalahan-kesalahan dirinya. Jika itu tercapai, hati pasti khusyu', lalu organ tubuh ikut khusyu'. (Ar-Ruh: 232) Khusyuk ialah merasakan keagungan Alloh subhanahu wa ta'ala dan kekuasaan-Nya saat anda berdiri didepan-Nya. Juga mengakui seluruh nikmat yang Dia berikan dan tidak dapat dihitung, karena saking banyaknya. Juga ingat kelalaian anda mengelola seabrek nikmat ini. Sikap seperti ini membuat anda malu dan hati tunduk kepada-Nya secara perlahan. Hati berada dipuncak ketundukan ketundukan saat seseorang ingat maksiat-maksiat yang pernah ia lakukan, ingat kelalaian dirinya terhadap rohmat dan kasih sayang Alloh subhanahu wa ta'ala kepadanya. Saat itu hati menjadi khusyu' dan organ tubuh selalu sadar. Sedang khusyu' palsu, maka itulah khusyu' kemunafikan menurut Ibnu Al-Qoyyim. Ia berkata: "Organ tubuh terlihat mengerjakan hal-hal yang dipaksakan dan hati tidak khusyu'. Salah seorang shohabat berkata: "Aku berlindung kepada Alloh dari khusyu' kemunafikan". Ditanyakan kepada shohabat itu menjawab: "Tubuh terlihat khusyu', tapi hati tidak khusyu'". (Ar-Ruh: 232) Khusyu' semu Banyak orang menduga khusyu' itu menundukkan kepala, atau jalan pelan-pelan, atau merendahkan suara. Mereka lupa kalau khusyu' itu di hati. Umar bin Khoththob rodhiallohu anhu melihat seseorang membungkuk saat sholat, lalu Umar berkata: "Pak, angkat lehermu! Khusyu' itu bukan leher, namun di hati". (Madariju As-Salikin:1/521) Umar bin Khoththob rodhiallohu anhu ahli ibadah sejati, seperti dikatakan Aisyah rodhiallohu anhaketika melihat sejumlah pemuda berjalan perlahan. Kata Aisyah kepada shohabat pemuda-pemuda itu: "Siapa pemuda-pemuda tersebut?". Shohabat pemuda itu menjawab: "Mereka ahli ibadah". Aisyah berkata: "Jika Umar bin Khoththob berjalan maka cepat, jika berkata maka suaranya keras menggelegar, jika memukul maka menyakitkan, dan jika makan maka sampai kenyang. Ia ahli ibadah sejati". (Madariju As-Salikin:1/521) Kendati demikian, Umar bin Khoththob rodhiallohu anhu tidak membungkuk atau jalan perlahan. Al-Hasan Al-Basri rohimahulloh berkata: "Umar bin Khoththob membaca salah satu ayat, tidak sadarkan dirinya. Lalu ia berda di rumahnya berhari-hari dan dikunjungi karena dikira sakit". (Az-Zuhdu, Imam Ahmad: 119) Generasi orang-orang khusyu' Pasca generasi shohabat, datanglah generasi anak-anak shohabat. Tokoh mereka yang paling hebat ialah Ibnu Zubair rodhiallohu anhuma. Tentang Ibnu Zubair, Yahya bin Watsab berkata: "Ibnu Zubair sujud dengan khusyu', hingga sekawanan burung-burung pipit itu mengiranya pondasi tembok". (Az-Zuhdu, Imam Ahmad: 200) Ibnu Zubair larut dalam sujud. Ia bermunajat kepada Robbnya, lupa apa saja yang ada diatas bumi, dan hatinya bersama dengan penciptanya hingga seperti melihatnya. Betapa indahnya saat-saat ketika jiwa mampu mendaki ketingkatan seperti itu, lupa seluruh pesona dan daya tarik dunia. Generasi tabi'in belajar sujud dari anak-anak generasi shohabat. Masruq berkata kepada Said bin Zubair: "Hai Abu Said, tidak ada lagi yang menyenangkan dari menempelkan wajah kita ketanah (sujud)". (Az-Zuhdu, Imam Ahmad: 349) Masruq tidak sedih saat gagal mendapatkan serpihan dunia dan hanya berduka kehilangan waktu-waktu sujud, yang merupakan waktu terdekat dengan Alloh subhanahu wa ta'ala. Masruq berkata: "Saya tidak sedih jika tidak memperoleh dunia dan hanya sedih saat kehilangan waktu sujjud kepada Alloh subhanahu wa ta'ala". (Az-Zuhdu, Imam Ahmad: 349) Sepertinya, panca indera orang-orang sehebat itu tidak berfungsi saat mereka berdiri dihadapan Allohsubhanahu wa ta'ala. Tidak ada yang mereka lakukan, selain didepan-Nya. Abu Bakar Ahmad bin Ishaq berkata dibiografi Muhammad bin Nashir Al-Marwazi: "Aku pernah bertemu dua Imam. Sayangnya, aku tidak dapat belajar hadits pada keduanya. Keduanya ialah Abu Hatim Ar-Rozi dan Muhammad bin Nashir Al-Marwazi. Tentang Al-Marwazi, aku belum pernah menemukan orang yang sholatnya lebh baik dari sholatnya. Aku mendapat informasi bahwa kumbang menempel dikeningnya, lalu darah mengucur kewajahnya, tapi ia sama sekali tidak bergerak". (Thibaqot Asy-Syafi'iyah: 2/22) Air mata mahal Api maksiat yang masuk kehati manusia merubah hati mereka menjadi arang hitam. Api maksiat hanya bisa dipahamkan dengan air mata yang mengalir dengan sebab takut kelak dihisab pada hari qiyamat dan perasaan semua perkataan dan perbuatan selalu diawasi Alloh subhanahu wa ta'ala. Tentang air mata mahal ini, Al-Hasan Al-Basri rohimahulloh berkata: "Jika mata seseorang mengucurkan air mata karena takut Alloh, maka Dia mengharamkan neraka menyentuh tubuhnya. Jika air mata mengalir kepipinya, maka wajahnya tidak hitam dan hina pada hari qiyamat. Tidak ada amal perbuatan yang berbobot berat dan diberi pahala, kecuali air mata yang keluar karena takut kepada Alloh subhanahu wa ta'ala. Air mata yang seperti itu memadamkan panasnya api neraka. Jika seseorang pada suatu ummat menangis karena Alloh subhanahu wa ta'ala, aku berharap umat itu secara keseluruhan dirohmati Alloh gara-gaa tangis satu orang tersebut". (Al-Hasan Al-Basri: 96) |
Kumpulan ilmu islami, hadist, kata mutiara, kata bijak, & inspirasi || صلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً دائماً أبداً إلى يوم الدين
KHUSYU' YANG TIADA LAGI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bila ingin berkomentar.